1 Jan 2008

Makna Agama

Manusia oleh Allah SWT dilahirkan dengan insting atau naluri untuk beribadah; mensucikan kepada ‘sesuatu’. Baik itu manusia yang terlahir di zaman Nabi Adam, zaman pertengahan maupun yang terlahir di akhir zaman kelak. Apakah ia orang Timur maupun Barat,berjenis laki-laki atau perempuan, orang kaya atau miskin, sudah tua maupun masih muda, pastilah ada keinginan untuk mentasbihkan ‘sesuatu’. Insting atau naluri untuk beribadah atau mensucikan dirinya atau merendahkan diri kepada ‘sesuatu’ itu Dienamakan dengan gharizatun tadayun. Sedangkan yang dimaksud dengan ‘sesuatu’ itu adalah pencipta manusia, tuhan.

Representasi dari adanya gharizatun tadayun dalam diri setiap manusia ini, manusia selanjutnya akan beragama, meskipun tidak setiap manusia memeluk suatu agama. Adanya orang memeluk agama Hindu, Budha, Kristen, Islam serta aliran-aliran kepercayaan merupakan bukti dari adanya gharizatun tadayun pada diri manusia ini. Begitupun dengan Ateis yang menolak untuk memeluk suatu agama, mereka beragama dengan mendudukan akal sebagai tuhannya.

Agama, Religi dan Dien

Agama, Religi atau Dien (Pada umumnya) adalah satu sistema credo ( tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia kepada yang dianggapnya Yang Mutlak itu, serta sistema norma (tata-kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan tersebut.(Wawasan islam, hal 11)

Agama, Religi dan Dien masing-masing mempunyai arti etimologis sendiri-sendiri, masing-masing mempunyai riwayat dan sejarahnya sendiri-sendiri. Akan tetapi dalam arti teknis terminologis ketiga istilah itu mempunyai inti makna yang sama.

Dalam Al Qur’an Surat Al Kaafirun ayat 6 Allah swt berfirman :

“Lakum Dienukum waliya-Dieni”, “Bagi kamu Dien kamu dan bagiku Dien Ku

Ayat di atas menginformasikan bahwa selain ada Dien al-islam, di zaman nabi pun ada Dien yang lain. Di ayat lain kita juga bisa menemukan Dien ini bisa juga disetarakan dengan agama, yaitu dalam Al Qur’an Surat as-Shaf ayat 9 :

Huwa ‘ladzi arsala Rasulahu bil Huda wa Dienil Haq liyudhirahu ‘ala Dieni kulihi wa lau kariha Musyrikun, . “Dialah yang telah mengutus Rasulnya dengan membawa al Huda (Hidayah) dan Dien al Haqq (Dien Kebenaran), buat mengunggulkannya atas Dien-Dien semuanya, walau kaum musyrikin membencinya.”

Kita juga bisa melihat bahwa agama itu sama dengan Religi serta Dien dari istilah-istilah yang sering kita gunakan seperti PerbanDiengan agama (bahasa Indonesia) = comparison of religions (bahasa inggris) = muqaranatu ‘l-Adyan (bahasa arab; Adyan adalah bentuk jamak daripada Dien).

Berdasarkan pemaparan di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa Agama adalah ekuivalen (muradif) dengan Dien, serta yang disebut Dien bukan hanya Islam,tetapi juga selain daripada Islam.

Orang yang berpendapat bahwa Dien itu lebih luas daripada Agama, apabila menilik pemaparan di atas tampaknya kurang tepat, baik ditinjau dari segi ilmiah,maupun ditilik dari segi Dieniyah. Yang paling tepat ialah Agama (Dien) Islam itu jauh lebih luas daripada Agama (Dien) lainnya.

Agama Thabii dan Agama Samawi

Dien atau Agama pada garis besarnya dapat dibeda-bedakan atas dua bagian besar :

  1. Agama Thabii (Agama Bumi,Agama Filsafat, Agama Budaya, Natural Religion, Dienu’t Thabii,Dienu l’-Ardhi);
  2. Agama Samawi (Agama Langit,Agama wahyu,Agama Profetis, Revealed Religion, Dienu’s-Samawi)

Islam adalah satu-satunya Agama Samawi, Agama sepanjang zaman, Agama semua Nabi-nabi; Adam,Nuh, Ibrahim, Musa, Zakariya, Yahya dan Isa as serta Nabi Muhammad saw. ( Qs. 2:130; 3:52; 4:163-165, 170; 5 :12, 44-47, 68-70; 10 : 84; 12: 101; 61:5,6).

Menurut Al Qur’an, Agama Yahudi dan Agama Nasrani (Seperti yang kita saksikan keduanya saat ini) kedua-duanya bukan lagi agama murni Samawi, karena yang satu merupakan penyimpangan dari agama Asli Nabi Musa as dan yang lainnya merupakan penyimpangan dari agama Asli Nabi Isa as.

Apakah mereka mencari agama lain selain Agama Allah? Padahal segala apa yang di langit dan di bumi berislam (menyerahkan diri) kepada-Nya, baik dengan sukarela maupun dengan terpaksa. Dan kepada Allahlah semua mereka kembalikan.

(QS.Ali Imran : 83)

* * *

Oleh : Hery Haldun [herynet@gmail.com]

Referensi : Parasit Aqidah, A.D.El Marzdedeq, Diterbitkan oleh YAYASAN IBNU RUMAN, Bandung : Tanpa tahun./ Asy-Syamil :2004.

No comments:

Post a Comment

Jazakumullah Atas Komentarnya.