23 June 2008

Masyarakat Islam

Perumpamaan orang-orang mu’min dalam kasih sayang, belas kasih, dan lemah lembut mereka laksana satu jasad dimana ketika ada organ darinya yang sakit, karenanya semua jasad saling merasakan bergadang (tidak dapat tidur) dan demamnya. (HR. Muslim)

Setiap tempat dan waktu akan selalu memberikan kesan dan kenangan tersendiri bagi manusia. Kehidupan yang berjalan di alam ini selalu mampu dimaknai oleh manusia secara berbeda dan khas. Begitupun malam ini, di salah satu bumi Allah- Bumi Perkemahan Kiara Payung, Jatinangor-Bandung. Dibawah naungan langit yang cerah yang diterangi sorot bulan purnama, ditemani derik jangkrik dan desiran angin malam, dan lambaian pohon-pohon yang dimainankan angin, kugoreskan sekeping makna hidup yang ditunjukkan Allah SWT di Buper Kiara Payung ini.

Adalah Silaturahmi Nasional (Silatnas) Santri Pesantren Persatuan Islam II, merupakan moment yang berkesan di episode hidupku kali ini. Dilaksanakan tanggal 16- 19 Mei 2007, di Buper Kiara Payung, Sumedang. Lebih dari 500 Santri berkumpul di suatu kawasan untuk bersilaturahmi ; memperkuat jalinan iman; membangun pemahaman dan kesadaran yang sama bahwa mereka adalah generasi yang harus pembawa perubahan di masa depan. Membawa perubahan dengan pemikiran Islam sebagai pimpinan. Insya Allah. (bukankah yang tua pasti mati dan yang muda harus siap mengganti?) [Indahnya makhluk Allah bernama Bulan Purnama dan Buper Kiara Payung, 18 Mei 2008)

Kepingan yang indah, yang ingin saya bagi dengan sahabat-sahabat semua adalah berkenaan dengan interaksi peserta SILATNAS disana yang boleh jadi sedikit banyak berbeda dengan kegiatan yang sama yang pernah penulis ikuti atau adakan di organisasi atau kepanitiaan yang lain .

Berbekalkan mata [karunia Allah untuk melihat], apabila diperhatikan para peserta ikhwan [laki-laki] apabila bertemu dengan akhwat [perempuan] senantiasa menjaga pandangan dan lisannya. Mereka saling menjaga kehormatannya. Imbas dari hal tersebut, panitia kegiatan terkesan nyaman dan merasa aman dari tindak pengimpangan yang bisa melahirkan pandangan negatif kepada santri dan panitia tersebut

Berbekalkan telinga ( Karunia Allah juga], dalam session materi dan diskusi, suasananya sangat kental dengan pemikiran-pemikiran islam yang cemerlang. Argumentasi para santri senantisa dihubung kaitkan dengan bersandarkan pendapat-pendapat dari para pemikir islam. Setiap permasalahan selalu bisa diselesaikan dengan pemikiran yang cerdas berlandaskan asas-asas pemikiran islam.

Dengan perasaan yang Allah karuniakan ini, sangat terasa kenyamanan ,ketentraman. Keakraban, dan persaudaraan yang erat disemua komponen kegiatan. Peraturan yang dibuat oleh panitia lahir dan sejalan dengan apa yang difahami dan diinginkan santri dan panitia. Sehingga sedikit sekali pelanggaran yang dilakukan. Adagium “ peraturan dibuat untuk dilanggar” tampaknya tidak berlaku di sini.

Mengapa individu yang ada di kegiatan tersebut bersifat khas? Mengapa bisa terjadi kultur yang positif tersebut?

Menurut penulis, kekhasan dan kultur positif yang terbangun tersebut diakibatkan oleh :

1. Individu-individu tersebut mempunyai background yang sama, yaitu santriwan dan santriwati pesantren Persatuan Islam

2. Pemikiran-pemikiran yang dibangun dipesantren-pesantren mereka pun sama, yaitu pemikiran Islam yang berasal dari al-Qur’an, al-Hadits, dan pemikiran para ulama islam..

3. Perasaannya pun dibangun dengan standar yang sama, yaitu perasaan Islam (menjadikan ridla Allah sebagai tujuan).

4. Peraturan/ Interaksi yang dibangun antara peserta, panitia dan pembimbing pun sama yaitu peraturan yang mereka fahami yaitu harus bersumber dari pemikiran islam yaitu aturan syara yang mereka kaji selama ini di pesantren-pesantrennya.

Saya kira buat sahabat-sahabat yang sering mengadakan kegiatan atau mengikuti kegiatan dengan panitia dan peserta yang beragam backgroundnya senantiasa mengeluarkan energy yang lebih, baik dari pemikiran dan perasaan. Namun, dalam sebuah kegiatan yang panitia, dan pesertanya mempunyai background yang sama, pemikiran dan perasaan yang sama, ternyata melahirkan melahirkan suasana yang nyaman,mengasyikkan dan menentramkan.

Dengan akal yang Allah karuniakan ini, penulis berfikir bagaimana sekiranya suasana tersebut tidak hanya dilingkungan pesantren atau dilingkungan kegiatan silatnas saja. Bagaimana sekiranya suasana tersebut pun tercipta di Negara kita ? waa….

Tapi mungkin ngga ya ?

Buat seorang muslim wajib jawab ; MUNGKIN dong! [ hanya soal, keinginan, tindakan, dan waktu]

Kenapa? karena kata Allah sendiri peradaban Islam akan bangkit kembali. Naum Allah tidak mengampaikan dimana awalnya. Namun, kalau kata Syaikh Yusuf Qardlawi pada tahun 1988 dan 1999 di Al-Azhar, Jakarta, Indonesia berpotensi untuk mengawali kebangkitan kaum muslimin.

Potensinya apa? Indonesia mayoritas adalah kaum musliminin. Dan, Masyarakat Indonesia mudah menerima pemikiran yang baru. Ditambah lagi pengalaman sejarah Indonesia merupakan sejarah Islam ( Bohong kalau kebangkitan nasioanl iru ada di Budi Utomo, yang benar adalah Syarikat islam), dan juga SDM dan SDA-nya pun mencukupi (Jutaan Sarjana,Master, Doktor, Profesor, Juara Olimpiade, dll). Tinggal diatur dengan aturan yang baik saja. Yaitu aturan dari Yang Maha Baik, Aturan islam. Insya Allah akan lahir keadilan dan kesejahteraan di Bumi Nusantara ini.

Saat ini Pemikiran Islam sudah ada dihalaman-halaman rumah kita. Terserak di buku-buku, masjid-masjid, seminar-seminar, halaqah-halaqah serta organisasi-organisasi keislaman. Tinggal kita datangi, ikuti, minta atau kalau punya modal beli pemikiran islam tersebut dengan uang, waktu, maupun tenagamu. Kalau di insitusi pendidikan umum? Katanya sih sudah pada dimanipulasi oleh agen-agen Yahudi/orientalis. [ tapi kalau kita belajar islam dengan berfikir dan mengkaji pemikiran-pemikiran islam dulu itu tidak masalah).

Kita bisa bangkit kembali sebagai masyarakat yang bermartabat. Menjadi masyarakat yang khas, [tidak seperti sekarang ini tidak timur dan tidak barat alias ’ tidak jelas’].

Cerminan sebuah masyarakat yang khas menurut Muhammad Husein Abdullah ( Mafahim Islamiah : 1996) adalah masyarakat yang individu-individu, pemikiran-pemikiran, perasaan-perasaan dan system-sistemnya terdiri dari satu jenis. Masyarakat khas yang ada di dunia ini yaitu masyarakat sosialis komunis, masyarakat kapitalisme sekuler, dan masyarakat islam.

Seperti apa masyarakat islam?

“Masyarakat islam adalah masyarakat dimana mayoritas individu-individunya-pada umumnya terdiri dari kaum muslimin- semua memeluk aqidah islam, dan mereka membangun pemikiran-pemikirannya –yaitu menghukumi atas sesuatu dan perbuatan- atas dasar aqidah islam. Lalu terbentuklah satu perasaan mereka sebagai implikasi dari sudut pandang mereka tentang kehidupan. Kemudian mereka cenderung kepada halal, berpaling dari yang haram, dan menerapkan system Islam dalam semua interaksi mereka; Interaksi dengan Tuhan mereka, dengan diri mereka, dan dengan anggota masyarakat lainnya.’ (Mafahim Islamiah :1996)

Berarti masyarakat islam adalah masyarakat yang mayoritas individunya terdiri dari kaum muslimin, pemikiran-pemikiran dan perasaan semua individunya adalah islam, dan system yang diterapkan atas mereka juga sistem islam.

Masyarakat Islam adalah eksis, hidup dan satu tipe dimana Rasulullah saw telah menyifatinya dengan sabdanya :

Perumpamaan orang-orang mu’min dalam kasih sayang, belas kasih, dan lemah lembut mereka laksana satu jasad dimana ketika ada organ darinya yang sakit, karenanya semua jasad saling merasakan bergadang (tidak dapat tidur) dan demamnya.

* * *

[Ibnu Khaldun Aljabari, Jatinangor- Ledeng, 22 Mei 2008]

No comments:

Post a Comment

Jazakumullah Atas Komentarnya.