2 Apr 2008

Berfikir Dangkal, Mendalam dan Cemerlang

Kemerosotan maupun kebangkitan merupakan produk dari proses pemikiran manusia.


Kemerosotan maupun kebangkitan merupakan produk dari proses pemikiran manusia. Suatu kebangkitan diharapkan terjadi manakala ada sesuatu atau daya dorong yang dihasilkan oleh pemikiran yang menyeluruh, sehingga masyarakat pun tergerak untuk bangkit. Sebaliknya, kemerosotan bisa terjadi tatkala tidak ada lagi pemikiran yang menyeluruh, sementara masyarakat tidak bisa menghasilkan pemikiran seperti ini sebagai kerangka berfikir mereka.

Dengan berfikir secara menyeluruh bersumberkan Al-Qur’an dan assunnah telah membangkitkan kaum muslimin di Arab pada jaman Nabi Muhammad saw hingga masa-masa kekhilafahan sesudahnya merupakan bukti yang sharih (jelas). Dan, kemunduran kaum muslimin pun terlihat jelas, dikarenakan pemikiran yang menyeluruh ini ditinggalkan.

Apa pemikiran menyeluruh ini? Pemikiran menyeluruh ini adalah suatu pemikiran yang memandang fakta ( benda, perbuatan, atau pemikiran) yang diolah di otak dihubungkan dengan konsepsi keberadaan Allah swt. Pemikiran yang tidak mampu mengkaitkan fakta dengan sang pencipta hanya bisa melahirkan pemikiran yang dangkal, atau paling banter pemikiran yang mendalam.

Misalnya, apabila ada pertanyaan kepada seseorang,” mengapa beragama islam?” dan di jawab,” Karena saya lahir dari keluarga Islam”, maka pemikiran ini dikategorikan dangkal, karena semua orang pun mampu untuk menjawab dengan jawaban serupa, seorang anak kecil bahkan seorang professor pun tidak menutup kemungkinan untuk berfikiran dangkal seperti ini.

Adapun berfikiran mendalam, adalah pemikiran yang lahir dari pemahaman terhadap fakta secara rinci dan mendalam. Pemikiran ini hanya dipunyai oleh orang-orang tertentu, seperti profesor, spesialis di bidang tertentu, dan lain-lain. Misalnya, jawaban pertanyaan di atas,” Beragama merupakan fitrah manusia. Sekiranya tidak beragama maka akan terjadi kegersangan atau suatu ‘kehilangan’ dalam diri seseorang, karena faktanya manusia membutuhkan kepada sesuatu yang mempunyai kekuasaan melebihi manusia itu sendiri. Dan, dalam agama ada konsep yang menjelaskan tentang ‘sesuatu’ yang lebih berkuasa daripada manusia yaitu tuhan. ….Dan karena orang tua islam, maka sayapun beragama islam.”. Jawaban ini argumentatif, tetapi tetap lemah karena tidak komprehensip. Sangat mungkin pemikiran seperti ini untuk berubah apabila mendapat argumentasi yang lebih kuat.

Adapun orang yang berfikir secara menyeluruh/komprehensip dia menjawab dengan multidisplin serta mampu membuktikan akan kebenaran argumentasinya sekaligus pula mampu mengkaitkannnya dengan keberadaan Allah swt. Orang yang berfikiran komprehensip menjawab pertanyaan di atas,” Adanya manusia, alam semesta dan kehidupan ini pasti ada yang menciptakan. Dia adalah sang khalik. Konsepsi sang khalik dalam Islam dinamakan dengan Allah swt. Konsepsi ini lebih logis dibandingkan dengan konsepsi yang lain. Islam memandang bahwa Tuhan ada tanpa ada yang menciptakannya, ia bersifat azali, tidak berawal dan berakhir. Apabila tuhan ada karena diciptakan maka dia adalah makhluk. Dan apabila tuhan ada awalnya ataupun akahirnya, itupun membuktikan ia terbatas. Sesuatu yang terbatas adalah makhluk, dan Sang Khalik, Tuhan tidak layak mempunyai sifat terbatas. Dan inilah konsepsi islam.”

Manusia di dunia diciptakan oleh sang khalik. Dia di dunia adalah untuk melaksanakan keinginan sang khalik. Dan, kelak akan kembali kepada sang khalik untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah dilakukannya selama di dunia. Oleh karena itu, sang khalik memberikan petunjuk kepada manusia bagaimana dia harus hidup di dunia. Al Qur’an merupakan petunjuk tersebut. Dan Nabi Muhammad saw merupakan utusan dari sang khalik ini. Bukti akan keautentikan Al Qur’an sebagai firman Allah serta kebenaran Al-Qur’an bisa dibuktikan. Dan Al Qur’an Menyatakan bahwasanya Hanya Islam yang merupakan Agama yang Allah Ridlai untuk dipeluk oleh umat Manusia.itulah mengapa saya memilih Islam.”

Itulah contoh pemikiran yang menyeluruh. Dia bisa juga di sebut pemikiran yang cemerlang (al mustanir). Dan Konsep pemikiran ini yang kiranya harus menjadi metode berfikir seorang muslim. Wallahu ‘alam.
* * *

(Ibn Khaldun Al Jabari, 7 Maret 2008)

No comments:

Post a Comment

Jazakumullah Atas Komentarnya.